The Effect of La Nina Modoki on Rainfall in Indonesia: Climatological Perspectives
Penulis: Joko Wiratmo dan Farah Faradilla
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung
Jl. Ganesha 10 Bandung 40132 Jawa Barat, Indonesia
Email: [email protected]
Sebagai wilayah kepulauan dan terletak di ekuator dan diapit oleh dua benua dan dua samudra, Indonesia sangat terdampak oleh kehadiran fenomena yang terjadi di samudra Pasifik dan Hndia. Di wilayah samudra Pasifik terdapat fenomena ENSO baik konvensional maupun modoki. La Nina modoki (LNM) yang berbeda dengan La Nina konvensional membawa pengaruh tertentu di wilayah Indonesia tergantung kuat lemahnya LNM tersebut. Untuk mengetahuinya diperlukan data angin, hujan dan suhu permukaan laut.
Untuk analisis parameter angin dan curah hujan domain wilayahnya yaitu Indonesia dengan koordinat 9,25⁰LU – 12,25⁰LS 94,25⁰BT – 142,25⁰BT dan analisis Suhu Permukaan Laut (SPL) pada domain wilayah barat samudra Hindia hingga timur samudra Pasifik ekuator dengan koordinat 20,5⁰LU – 20,5⁰LS dan 50,5⁰BT – 85,5⁰BB. Waktu kajian adalah dari tahun 1982 sampai dengan 2020. Metode yang digunakan adalah analisa komposit dan korelasi.
Hasil menunjukkan bahwa secara klimatologis, La Niña Modoki ditunjukkan oleh mode keempat MCA (Maximum Covariance Analysis) antara SPL dengan curah hujan Indonesia dengan presentase varians 4,05%. Pengaruh La Niña Modoki lebih kecil dibandingkan dengan La Niña Konvensional dari hasil presentase varians yang cukup kontras dimana La Niña Konvensional bertanggung jawab sekitar 46,25% dari total varians. Berdasarkan analisis komposit, wilayah Indonesia umumnya didominasi anomali curah hujan positif di setiap musim. Anomali curah hujan positif dengan wilayah terbanyak terjadi pada musim SON (September, Oktober, November). Sementara wilayah Papua bagian utara mengalami anomali curah hujan negatif pada setiap musim. La Niña Modoki menyebabkan kondisi lebih basah daripada La Niña Konvensional pada musim DJF (Desember, Januari, Pebruari) di Pulau Sumatera, pada musim MAM (Maret, April, Mei) di , Pulau Papua, Kepulauan Maluku dan sekitarnya, Pulau Jawa, Bali, dan Kepulauan Nusa Tenggara serta pada musim JJA (Juni, Juli, Agustus) di Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
Anomali curah hujan (a-d) La Niña Konvensional, (e-h) La Niña Modoki dan (i-l) perbedaan kedua
As an archipelago and located at the equator and bordered by two continents and two oceans, Indonesia is greatly affected by the presence of phenomena that occur in the Pacific and Indian oceans. In the Pacific Ocean region, there are both conventional and Modoki ENSO phenomena. La Nina modoki (LNM) which is different from conventional La Nina brings certain effects in the territory of Indonesia depending on the strength of the LNM. To find out, wind, rain and sea surface temperatures are needed.
The area of wind and rainfall analysis was 9.25⁰N – 12.25⁰LS 94.25⁰E – 142.25⁰E, while Sea Surface Temperature (SST) analysis was based on Western Indian Ocean domain to the east of the equatorial Pacific Ocean within coordinates 20, 5⁰N – 20.5⁰S and 50.5⁰E – 85.5⁰W. The methods used were composite and correlation analysis. We looked at data from 1982 to 2020.
The results show that climatologically, La Niña Modoki is indicated by the fourth mode of MCA (Maximum Covariance Analysis) between SST and Indonesian rainfall with a variance percentage of 4.05%. The effect of La Nia Modoki is smaller than that of Conventional La Nia from the results of a fairly contrasting percentage of variance where Conventional La Nia is responsible for about 46.25% of the total variance. Based on the composite analysis, Indonesia is generally dominated by positive rainfall anomalies in each season. The anomaly of positive rainfall with the most areas occurring in the SON season (September, October, November). Meanwhile, the northern part of Papua experiences negative rainfall anomalies in every season. La Niña Modoki causes wetter conditions than Conventional La Nia in the DJF season (December, January, February) on Sumatra Island, during the MAM season (March, April, May) in Papua Island, Maluku Islands and surrounding areas, Java Island, Bali, and the Nusa Tenggara Islands as well as in the JJA season (June, July, August) on the islands of Kalimantan and Sulawesi.